Ekonomi Bisnis

Kamis, 18 Maret 2021 - 02:39 WIB

4 tahun yang lalu

logo

BI Jatim: Potensi Bisnis Umbi Porang Masih Sangat Menggiurkan

Surabaya | klikku.net – Saat ini porang menjadi salah satu primadona bagi petani hingga eksportir di Tanah Air. Padahal, tanaman ini dulunya hanya dianggap sebagai tumbuhan liar.

Namun, kini porang dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian. Sebab Umbi porang kini menjadi komoditas menggiurkan. Yang banyak diincar untuk menjadi bahan baku berbagai industri.

Guna memberikan edukasi dan meningkatkan perekonomian petani, Bank Indonesia Jawa Timur menggelar workshop Ngopi (Ngobrol Online Inspiratif) Volume 27, dengan tema “Porang: Dulu Liar Kini Diincar”, secara daring.

Menurut Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Harmanta, tanaman umbi-umbian porang saat ini populer dibicarakan masyarakat.

“Dalam bentuk tepung, umbi porang banyak mengandung glucomannan, yang merupakan serat alami l larut dalam air. Dan biasa digunakan sebagai aditif makanan untuk emulsifier dan pengental. Juga dapat digunakan sebagai bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, bahan pembuatan lem ramah lingkungan, dan pembuatan komponen pesawat terbang,” ujarnya, Rabu (17/3/2021).

Selain itu, pengembangan porang dari hulu hingga hilir, juga memiliki peluang industri yang besar. Pengolahan porang dari mulai umbi, chips porang, sampai dengan produk akhir memiliki added value yang besar. Hingga memiliki potensi nilai ekonomis yang besar dan mampu masuk ke pasar global.

Sementara itu, Kepala Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun Didik Kuswandani mengatakan, sejak dulu mata pencaharian utama masyarakat desa Klangon adalah berkebun di lahan Perhutani, dan masuk dalam impres desa tertinggal.

“Salah satu tanaman yang menjadi komoditas tanam pada lahan hutan tersebut, adalah berbagai macam tanaman rempah-rempah sampai dengan tanaman Porang,” ujarnya.

Menurut Didik, pada tahun 1985 dibentuk kerjasama antara Desa Klangon dengan Perhutani, untuk pengembangan tanaman Porang. Dimana saat itu, harga porang masih rendah, yakni sebesar Rp100,-/kg.

Melalui Kerjasama itu, masyarakat Klangon mulai menanam porang pada lahan-lahan yang dapat dimanfaatkan. Hingga hampir 100% warga Klangon saat ini, telah menanam dan membudidayakan porang.

“Ke depan, untuk meningkatkan nilai tambah budidaya tanaman Porang. Bisa dilakukan kolaborasi tanaman porang dengan tanaman lainnya, dengan sistem irigasi melalui mata air pegunungan. Melalui Pemerintah Daerah, harapannya budidaya porang juga dapat diadopsi dan dikembangkan di wilayah lainnya,” tambahnya.

Pada kesempatan sama, Paidi salah satu Petani Porang Viral menuturkan, awalnya Porang dianggap hanya bisa tumbuh pada wilayah hutan di lereng gunung. Namun pada tahun 2010, telah dikembangkan pola rekayasa tanam Porang pada lahan perkebunan lainnya. Seperti contoh pada naungan tanaman singkong, dengan modal seminimal mungkin.

“Melalui rekayasa tanam Porang dengan lahan perkebunan/lahan pertanian. Didapatkan satu umbi porang (katak) dapat menghasilkan 7 bulbil tanaman porang. Saat ini telah dibuka laboratorium terbuka, untuk pembelajaran rekayasa tanam budidaya porang. Yang dapat dipelajari masyarakat luas,” tuturnya.

Dr. Doddyk Pranowo, STT., M.Si, Akademisi Universitas Brawijaya menambahkan. Peluang bisnis berbahan baku porang banyak dikembangkan menjadi produk olahan makanan. Seperti mie shirataki, beras konyaku, mie shirataki instant, pasta porang, konyaku, boba dan turunan makanan lainnya, yang dapat digolongkan sebagai healthy food atau makanan sehat. .

Selain itu produk turunan porang juga dapat diolah sebagai bahan baku produk kecantikan, seperti butiran pembersih wajah, spons pembersih wajah, supplement diet, pengental alami, pembersih wajah, dan sebagainya.

Namun demikian, sebelum menjadi produk olahan akhir. Umbi porang terlebih dahulu diolah menjadi chips yang dikeringkan, melalui pengeringan oven atau dikeringkan secara manual (penjemuran matahari). Setelah menjadi chips yang kering. Umbi porang diolah menjadi tepung porang, sampai dengan ekstrak Glukomannan.

Ekspor porang pada tahun 2019-2020 sebesar 20,5 Juta Kg Chips, atau setara dengan 136 Juta Kg Porang Basah. Jika dirata-ratakan kembali, produktivitas lahan porang adalah sebesar 70ton/Ha.

Dengan potensi porang yang cukup besar, terutama di pasar global. Diharapkan pasar dalam negeri juga dapat didukung serta diperkuat, dalam menyerap produk hasil pengolahan porang. Di tengah tantangan branding produk porang, yang cenderung masuk ke produk kelas menengah ke atas.

“Harapannya, ada dukungan inovasi dalam mempopulerkan produk olahan porang menjadi fokus pengembangan pasar porang dalam negeri. Sehingga tanaman porang tidak hanya dinikmati oleh pasar luar negeri. Namun juga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia,” pungkasnya.


Reporter: ANto tse

Editor: Joe Meito

Artikel ini telah dibaca 963 kali

Baca Lainnya