Sumenep | Klikku.net – Beberapa orang harus memutus mimpi hidup nyaman dengan hidup kekurangan meski usianya sudah rapuh. Seperti seorang nenek berikut ini yang tinggal di rumah reyot dan bahkan sudah tak layak huni.
Beliau tinggal di Dusun Kadibas, Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk, Kabupaten Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur.
Nenek ini bernama Pusara, berdasarkan penelusuran tim media ini, kini beliau sudah berusia Sekitar 80 tahunan. Beliau tinggal di sebuah rumah yang sudah tua, bahkan bagian atapnya ini sudah mulai roboh dan berlubang, sehingga ketika musim hujan tiba tak bisa dielakkan rumah nenek Pusara akan bocor di sana-sini.

Nenek Pusara yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. (Foto : klikku.net / Holidi)
Walaupun usia sudah tua, tapi dinding rumahnya masih cukup kokoh. Hanya saja atapnya yang sudah parah dan bocor, hampir semua gentengnya pecah akibat usianya yang cukup lumayan tua. Beliau memang telah tinggal sendiri sejak suaminya meninggal beberapa tahun lalu.
Sejak sang suami meninggal, Beliaupun hidup sebatangkara dirumahnya ini. Beliaupun jadi kesulitan untuk memperbaiki rumahnya karena tidak ada anggota keluarga lain yang bisa membantunya.
Nenek yang perprofesi sebagai petani ini terkadang hanya mendapatkan 4 sock padi perpanennya dalam semusim, itu saja membuatnya tidak cukup untuk menyambung hidup karena untuk membeli lauk nenek ini terkadang harus menjual beras dari hasil panen yang beliau kumpulkan dalam semusim, meski rumahnya sudah rusak parah seperti ini. Nenek renta ini masih mendiami rumah yang sudah tidak layak dihuni itu.
Meski hidup dalam keadaan kekurangan seperti ini, Nenek Pusara ternyata tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Warga yang mengusahakan agar dirinya dapat bantuan perbaikan rumahpun tidak ada kejelasan perbaikan hingga kini.
“Lambek pernah efoto ngocak ebecceah cong, tape sampe sateyah tadek apah,” “Dulu pernah ada yang foto rumah ini nak, tapi hingga kini tidak ada perbaikan apa-apa.” tutur nenek Pusara pada tim media klikku.net, Rabu (31/03).
Beliaupun tidak punya BPJS, jadi harus berobat dengan biaya sendiri. Pemerintah desapun hanya sekali memberikan bantuan selama ini, pernah mendapatkan uang sebesar enam ratus ribu rupiah, namun masih dibagi dua dengan cucu angkatnya, pernah juga mendapatkan beras 3 Kilo gram dari swadaya masyarakat. Namun sayangnya dua bantuan itu hanya sekali dalam hidupnya.
Meski begitu, Nenek Pusara tetap ikhlas dan melanjutkan aktivitasnya seperti biasanya. Semoga Nenek Pusara segera mendapatkan bantuan dan rumahnya bisa segera diperbaiki.
Reporter : Holidi
Editor : Anam